Sapi Hissar diketahui hanya terdapat di
pulau Sumbawa, adalah salah satu fauna yang cukup dikenal dan juga
merupakan plasma nutfah di Nusa Tenggara Barat sedangkan di wilayah lain
(di Pulau Lombok) tidak dijumpai. Dari hasil survei Dinas
Peternakan NTB (1991) didapatkan populasi sapi Hissar pada saat itu berjumlah
sekitar 474 ekor yang dimiliki oleh tidak lebih dari 31 orang petani.
Peliharaan sapi Hissar masih dilakukan secara ekstensif atau semi intensif, yaitu digembalakan pada siang hari atau malam hari. Saat digembalakan tidak menutup kemungkinan terjadinya persilangan dengan bangsa sapi lain seperti sapi Bali, sehingga memungkinan terbentuknya ciri-ciri baru dari bangsa sapi Hissar, seperti warna bulu yang menjadi kemerahan, bentuk tubuh menjadi menyerupai sapi Bali (tidak terlalu tinggi).
Berdasarkan penjelasan Simanjuntak, dkk (1993) yang disadur oleh Dilaga (2001), bahwa sapi Hissar berasal dari Punjab India dan pertama kali didatangkan ke Indonesia pada tahun 1909, sebanyak 50 ekor betina dan seekor pejantan, yang ditempatkan di Taman Pembibitan Ternak di Pcorotan Karanganyar. Selanjutnya disebutkan bahwa sebaran sapi Hissar di Indonesia tidak meluas. Meskipun pada tahun 1920, pemerintah Hindia-Belanda telah menetapkan 3 (tiga) lokasi penyebaran sapi ini di Indonesia yakni pulau Sumatera, pulau Jawa dan pulau Sumbawa.
Melihat ciri-ciri yang dimiliki, sepertinya sangat mirip dengan sapi Zebu. (demikian pula yang dinyatakan oleh Dilaga, 2001). Sapi Hissar memiliki tinggi pundak 150 cm untuk sapi jantan, 140 cm pada sapi betina. Bobot badan sapi jantan berkisar antara 350 – 450 kg, sedangkan yang betina 200 – 350 kg. Sapi ini termasuk dalam golongan jenis sapi yang memiliki kerangka medium, sedangkan sapi Bali termasuk jenis yang memiliki kerangka kecil. Bobot lahir pedet sapi Hissar sebesar 26 kg, bila dibandingkan bobot lahir pedet sapi Bali yang berkisar antara 12 – 14 kg.
Sapi Hissar yang ada di Indonesia lebih cepat dewasa (masak dini) dibanding dengan bangsa sapi ini di daerah asalnya (India). Sapi Hissar betina yang ada di Indonesia kawin pertama kali pada umur 18 – 24 bulan, sedangkan di India sapi ini diketahui baru dapat dikawinkan pada umur 23 – 36 bulan. Umur pertama kali beranak 30 bulan (di Indonesia) sedangkan di India umur 42 bulan.
Dari hasil survei pada kegiatan Pemetaan Sapi Beranak Kembar yang didanai SINTA TA. 2009, ditemukan kasus sapi Hissar yang beranak kembar. Hanya satu kasus yang djumpai, kemungkinan masih ada lagi, namun karena sistem pemeliharaannya yang umumnya di gembalakan menyebabkan sangat minimnya informasi tersebut. Pemilik sapi bernama Marsuki yang tinggal di Desa Tolo Kalo, Kecamatan Kempo, Kabupaten Dompu.
Kelahiran kembar terjadi secara alami, dengan pejantan yang dimiliki oleh pak Marsuki sendiri. Ternak tersebut dipelihara secara semi intensif, pada siang hari dipelihara di sekitar pekarangan rumah tanpa atap dan hanya dipagar keliling pada tanah seluas sekitar ± 10 are. Malam hari kelompok ternak dilepas di lahan-lahan kosong sekitar wilayah desa. Sapi-sapi hidup berkelompok (semua milik pak Marsuki), namun kondisi demikian dapat menebabkan inbreeding (perkawinan sedarah). Jika sapi-sapi ini berpotensi untuk beranak kembar, sangat disayangkan jika inbreeding dapat menyebabkan kelahiran kembar tidak terjadi lagi.
Kelahiran kembar pada sapi Hissar ini terjadi pada sekitar bulan Agustus 2009, dan merupakan paritas kedua. Tidak ada perlakuan khusus terkait dengan kejadian kelahiran kembar, sapi-sapi biasa memakan rumput dan legum liar yang tumbuh di tempat di mana mereka digembalakan. Khususnya pada musim kemarau saat rumput di padang gembala sudah mulai berkurang, biasanya pak Marsuki memberikan jerami padi, jerami kedelai, atau daun gamal, ketika sapi-sapinya berada di kandang. Sejak lahir, hingga berumur lebih kurang 4 (empat) bulan, anak-anak kembar tersebut tidak mengalami kesulitan untuk menyusu pada induknya. Pak Marsuki hanya memberikan air beras yang diberikan pada induk sapi untuk dapat menghasilkan air susu yang cukup sehingga bisa memenuhi kebutuhan kedua anaknya.
Kejadian lahir kembar secara alami, di daerah yang relatif kering, artinya sapi Hissar juga memiliki potensi beranak kembar. Diperkirakan pada awal kebuntingan terjadi sekitar bulan Oktober-Nopember dimana pada masa itu keadaan lingkungan sedang benar-benar kering (berada di musim kamarau). Pemeliharaan secara sederhana mampu memunculkan peluang lahir kembar, hal ini merupakan pengetahuan bagi kita dan menjadi pertimbangan bagi pengembangan sapi kembar selanjutnya; terutama peluang pengembangan plasma nutfah
Peliharaan sapi Hissar masih dilakukan secara ekstensif atau semi intensif, yaitu digembalakan pada siang hari atau malam hari. Saat digembalakan tidak menutup kemungkinan terjadinya persilangan dengan bangsa sapi lain seperti sapi Bali, sehingga memungkinan terbentuknya ciri-ciri baru dari bangsa sapi Hissar, seperti warna bulu yang menjadi kemerahan, bentuk tubuh menjadi menyerupai sapi Bali (tidak terlalu tinggi).
Berdasarkan penjelasan Simanjuntak, dkk (1993) yang disadur oleh Dilaga (2001), bahwa sapi Hissar berasal dari Punjab India dan pertama kali didatangkan ke Indonesia pada tahun 1909, sebanyak 50 ekor betina dan seekor pejantan, yang ditempatkan di Taman Pembibitan Ternak di Pcorotan Karanganyar. Selanjutnya disebutkan bahwa sebaran sapi Hissar di Indonesia tidak meluas. Meskipun pada tahun 1920, pemerintah Hindia-Belanda telah menetapkan 3 (tiga) lokasi penyebaran sapi ini di Indonesia yakni pulau Sumatera, pulau Jawa dan pulau Sumbawa.
Melihat ciri-ciri yang dimiliki, sepertinya sangat mirip dengan sapi Zebu. (demikian pula yang dinyatakan oleh Dilaga, 2001). Sapi Hissar memiliki tinggi pundak 150 cm untuk sapi jantan, 140 cm pada sapi betina. Bobot badan sapi jantan berkisar antara 350 – 450 kg, sedangkan yang betina 200 – 350 kg. Sapi ini termasuk dalam golongan jenis sapi yang memiliki kerangka medium, sedangkan sapi Bali termasuk jenis yang memiliki kerangka kecil. Bobot lahir pedet sapi Hissar sebesar 26 kg, bila dibandingkan bobot lahir pedet sapi Bali yang berkisar antara 12 – 14 kg.
Sapi Hissar yang ada di Indonesia lebih cepat dewasa (masak dini) dibanding dengan bangsa sapi ini di daerah asalnya (India). Sapi Hissar betina yang ada di Indonesia kawin pertama kali pada umur 18 – 24 bulan, sedangkan di India sapi ini diketahui baru dapat dikawinkan pada umur 23 – 36 bulan. Umur pertama kali beranak 30 bulan (di Indonesia) sedangkan di India umur 42 bulan.
Dari hasil survei pada kegiatan Pemetaan Sapi Beranak Kembar yang didanai SINTA TA. 2009, ditemukan kasus sapi Hissar yang beranak kembar. Hanya satu kasus yang djumpai, kemungkinan masih ada lagi, namun karena sistem pemeliharaannya yang umumnya di gembalakan menyebabkan sangat minimnya informasi tersebut. Pemilik sapi bernama Marsuki yang tinggal di Desa Tolo Kalo, Kecamatan Kempo, Kabupaten Dompu.
Kelahiran kembar terjadi secara alami, dengan pejantan yang dimiliki oleh pak Marsuki sendiri. Ternak tersebut dipelihara secara semi intensif, pada siang hari dipelihara di sekitar pekarangan rumah tanpa atap dan hanya dipagar keliling pada tanah seluas sekitar ± 10 are. Malam hari kelompok ternak dilepas di lahan-lahan kosong sekitar wilayah desa. Sapi-sapi hidup berkelompok (semua milik pak Marsuki), namun kondisi demikian dapat menebabkan inbreeding (perkawinan sedarah). Jika sapi-sapi ini berpotensi untuk beranak kembar, sangat disayangkan jika inbreeding dapat menyebabkan kelahiran kembar tidak terjadi lagi.
Kelahiran kembar pada sapi Hissar ini terjadi pada sekitar bulan Agustus 2009, dan merupakan paritas kedua. Tidak ada perlakuan khusus terkait dengan kejadian kelahiran kembar, sapi-sapi biasa memakan rumput dan legum liar yang tumbuh di tempat di mana mereka digembalakan. Khususnya pada musim kemarau saat rumput di padang gembala sudah mulai berkurang, biasanya pak Marsuki memberikan jerami padi, jerami kedelai, atau daun gamal, ketika sapi-sapinya berada di kandang. Sejak lahir, hingga berumur lebih kurang 4 (empat) bulan, anak-anak kembar tersebut tidak mengalami kesulitan untuk menyusu pada induknya. Pak Marsuki hanya memberikan air beras yang diberikan pada induk sapi untuk dapat menghasilkan air susu yang cukup sehingga bisa memenuhi kebutuhan kedua anaknya.
Kejadian lahir kembar secara alami, di daerah yang relatif kering, artinya sapi Hissar juga memiliki potensi beranak kembar. Diperkirakan pada awal kebuntingan terjadi sekitar bulan Oktober-Nopember dimana pada masa itu keadaan lingkungan sedang benar-benar kering (berada di musim kamarau). Pemeliharaan secara sederhana mampu memunculkan peluang lahir kembar, hal ini merupakan pengetahuan bagi kita dan menjadi pertimbangan bagi pengembangan sapi kembar selanjutnya; terutama peluang pengembangan plasma nutfah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar