Social Icons

Pages

Minggu, 13 Juli 2014

PENGAWETAN BAHAN PAKAN TERNAK.


Produksi hijauan disaat berlimpah misalnya pada saat musim penghujan hendaknya disimpan dengan berbagai cara pengawetan antara lain dibuat menjadi hay (sale rumput), silase dan diamoniasi. Tujuan dari pengawetan pakan ternak adalah untuk menjaga kontinueitas pakan sepanjang tahun.




Pengawetan hijauan merupakan bagian dari sistem produksi ternak. Pengawetan hijauan dengan pembuatan silase bertujuan agar pemberian hijauan sebagai pakan ternak dapat berlangsung secara merata sepanjang tahun, untuk mengatasi kekurangan pakan di musim paceklik harus dilaksanakan pengawetan. Tanaman mempunyai kecepatan tumbuh yang besar di musim penghujan, jadi ketersediaan hijauan ataupun limbah hasil pertanian pada musim tersebut akan berlimpah (jerami padi,sisa tanaman jagung,kacang-kacangan). Fungsi pengawetan akan tercapai bila setelah hijauan ataupun limbah pertanian dipanen segera dilakukan pencacahan baik dengan golok atau chopper rumput. Hal ini merupakan upaya agar proses respirasi yang terjadi pada sel tanaman segera terputus dan berhenti. Tujuannya adalah agar kandungan air hijauan dapat mencapai titik dimana aktivitas air dalam sel tanaman dapat mencegah perkembangan mikroba. Pengawetan tersebut akan berdampak pada keadaan fisik serta komposisi kimia hijauan tersebut antara lain dengan kehilangan sebagian dari zat makanan (gizi tanaman/nutrien) yang nantinya akan berdampak pada nilai nutrisi hijauan tersebut.

                               Pembuatan Hay

Prinsip dasar dari pengawetan dengan cara dibuat hay adalah dengan cara mengeringkan hijauan, baik secara alami (menggunakan sinar matahari) maupun menggunakan mesin pengering (dryer). Adapun kandungan air hay ditentukan sebesar 12-20 %, hal ini dimaksud agar hijauan saat disimpan sebagai hay tidak ditumbuhi jamur. Jamur akan merusak kualitas hijauan yang diawet menjadi hay.

Adapun tujuan pembuatan hay adalah untuk untuk penyediaan hijauan untuk pakan ternak pada saat kritis dan pada saat ternak diangkut untuk jarak jauh. Hay merupakan pakan yang dapat diperjual-belikan jadi merupakan komoditas yang dapat diperdagangkan. Hal tersebut ditunjang oleh masa panen hijauan dalam waktu yang tepat, dimana produksi hijauan sedang berlimpah

Bahan untuk pembuatan hay sangat bergantung dari cara panennya, sebab panen yang kurang baik akan mengakibatkan banyaknya hijauan yang akan tercecer dan terbuang. Juga bila hijauan telah dipanen dan belum sempat diletakkan ditempat yang teduh dan memadai, tertimpa hujan maka kualitas hijauan tersebut akan menurun. Proses pengeringan yang berlangsung terlalu lama akan mengakibatkan kehilangan nutrisi dan memudahkan tumbuhnya jamur. Pengeringan yang berlebihan juga akan menurunkan kualitas hay.

Syarat hijauan (anaman) yang dibuat Hay :
- Bertekstur halus.
- Dipanen pada awal musim berbunga.
- Hijauan (tanaman) yang akan dibuat hay dipanen dari area yang subur. Agar hay dapat lebih awet disimpan, perlu diberi pengawet. Adapun macam-macam pengawet yang dapat dipakai antara lain garam dapur (Nacl), asam propionic, dan amonia cair. Garam sebagai pengawet diberikan 1-2% akan dapat mencegah timbulnya panas karena kandungan uap air, juga dapat mengontrol aktivitas mikroba, serta dapat menekanpertumbuhan jamur. Asam propionic berfungsi sebagai fungicidal dan

fungistalic yaitu mencegah dan memberantas jamur yang tumbuh serta tidak menambah jumlah jamur yang tumbuh. Adapun pemberian untuk hay yang diikat (dipak) sebanyak 1% dari berat hijauan. Amoniak cair juga berfungsi sebagai fungicidal dan pengawet, mencegah timbulnya panas, meningkatkan kecernaan hijauan tersebut dan memberikan tambahan N yang bukan berasal dari protein (NPN).

Pembuatan Hay Alat
1. Sabit rumput/gunakan mesin pemanen rumput.
2. Pelataran untuk menjemur rumput dan rak untuk menghamparkan rumput yang akan dikeringkan.
3. Alat pengukur kandungan air hay (Delmhorst digital hay meter and bale sensor).
4. Gudang untuk menyimpan hay.
5. Tali untuk mengikat hay yang sudah kering.

Bahan
1. Rumput yang berbatang halus sehingga mudah dikeringkan.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja
·  Gunakan jas laboratorium selama bekerja.
·  Bekerjalah secara serius dan berhati-hati.

Langkah Kerja
1. Sabit rumput dikebun rumput.
2. Lakukan penimbangan berat rumput.
3. Bila dilakukan pengeringan dengan sinar matahari kerjakan dilantai
jemur, jika lantai jemur menggunakan para-para yang mendatar maupun yang miring, hijauan hendaknya dibalik tiap 2 jam. Lama pengeringan tergantung tercapainya kandungan air antara12-20 %.
.
4. Bila memakai ‘dryer’, hijauan dimasukkan ke pengering. Lakukan pemotongan dengan panjang yang memadai dengan mesin pengering tersebut. Gunakan suhu pengering 100-250 _C, hentikan bila kandungan air sudah mencapai 12-20 %.
5. Lakukan pengukuran kandungan air hay dengan menggunakan alat pengukur kandungan air (Delmhorst digital hay meter and bale sensor).
6. Ukur suhu gudang tempat penyimpanan hay.

Adapun kriteria hay yang baik :
·  Berwarna tetap hijau meskipun ada yang berwarna kekuningkuningan.
·  Daun yang rusak tidak banyak, bentuk hijauan masih tetap utuh dan jelas, tidak terlalu kering sebab akan mudah patah.

·  Tidak kotor dan tidak berjamur.


PEMBUATAN SILASE

Silase adalah hijauan makanan ternak ataupun limbah pertanian yang diawetkan dalam keadaan segar (dengan kandungan air 60-70 %) melalui proses fermentasi dalam silo. Silo dapat dibuat diatas tanah yang bahannya berasal dari: tanah, beton, baja, anyaman bambu, tong plastik, drum bekas dan lain sebagainya.

Prinsip Pembuatan Silase :
Prinsip pembuatan silase yaitu usaha untuk mencapai dan mempercepat :
·  Keadaan hampa udara (anaerob).
·  Terbentuk suasana asam dalam penyimpanan (terbentuk asam laktat). Untuk mendapatkan suasana anaerob dikerjakan dengan cara :
·  Pemadatan bahan silase (hijauan) yang telah dicacah dengan cara ditekan, baik dengan menggunakan alat atau diinjak-injak sehingga udara sekecil mungkin (minimal).

Tempat penyimpanan (silo) jangan ada kebocoran dan harus tertutup rapat yang diberi pemberat.
·  Pembentukan suasana asam dengan cara penambahan bahan pengawet atau bahan imbuhan (additif) secara langsung dan tidak langsung. Pemberian bahan pengawet secara langsung dengan menggunakan:
- Natrium bisulfat
- Sulfur oxida
- Asam chlorida
- Asam sulfat
- Asam propionat.
- dll.

Pemberian bahan pengawet / bahan imbuhan (additif) secara tidak langsung ialah dengan memberikan tambahan bahan-bahan yang mengandung hidrat arang (carbohydrate) yang siap diabsorpsi oleh mikroba, antara lain :
·  Molase (melas) : 2,5 kg /100 kg hijauan.
·  Onggok (tepung) : 2,5 kg/100 kg hijauan.
·  Tepung jagung : 3,5 kg/100 kg hijauan.
·  Dedak halus : 5,0 kg/100 kg hijauan.
·  Ampas sagu : 7,0 kg/100 kg hijauan.

Panjang pemotongan rumput :
Rumput yang dipotongnya terlalu panjang, akan menyulitkan saat pengepakan ke dalam silo, dan kemungkinan masih banyak oksigen yang tersisa. Jadi ini akan menyulitkan tercapainya suasana anaerob. Sedangakan pemotongan/pencincangan rumput yang terlalu lama akan berakibat menurunnya kandungan lemak susu, ruminasi, proses memamah biak, pengeluaran air liur (salivasi) dan menyebabkan rendahnya pH rumen (acidosis).

Jenis hijauan yang dapat dibuat silase :
- Rumput.
- Sorghum.
- Jagung.
- Biji-bijian kecil.
I. Alat
1.1 Silo : alat yang akan dipakai untuk melakukan proses fermentasi, pengawetan hijauan, dan penyiapan. Sebaiknya dengan kapasistas untuk 50 kg hijauan yang telah dicacah.

1.2 Mesin pencacah (Chopper) atau golok dan talenan: untuk mencacah hijauan yang akan dibuat silase.

1.3 Plastik atau bahan lain yang tidak tembus rembesan air sebagai pelapis pada dinding dan penutup silo.

1.4 Ban bekas/bahan-bahan yang digunakan sebagai pemberat.

II. Bahan
2.1 Hijauan makanan ternak (bahan yang telah dipanen) yang akan diawetkan dengan dibuat silase.

2.2 Bahan pengawet (additif) yang dipilih dari salah satu yang tersebut di atas.

III. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
·  Gunakan jas laboratorium selama bekerja.
·  Gunakan chopper seperlunya, jauhkan tangan dari mata pisau chopper.
·  Berhati-hati pada saat pembukaan silo, setelah proses ensilage berakhir karena proses yang tidak sempurna berbahaya untuk saluran pernafasan.
·  Gunakan blower untuk menghilangkan gas yang terbentuk dantidak dikehendaki.

IV. Langkah Kerja Pembuatan Silase :
4.1 Hijauan makanan ternak (rumput maupun limbah pertanian), dilayukan dengan cara diangin-anginkan kurang lebih semalaman, kemudian dicacah dengan panjang potongan 2-5 cm atau dilakukan dengan mesin pencacah (chopper).
4.2 Bila tidak dicampur dengan bahan pengawet/ additif, hijauan yang telah dicacah dapat langsung di masukkan ke dalam silo. Jika diberi pengawet/additif, penambahannya dilakukan dengan cara menaburkan secara merata selapis demi selapis untuk hijauan dengan ketebalan 10 cm, kemudian diaduk sampai rata.

4.3 Hijauan yang telah dicampur dengan additif atau pengawet, ditekan kuat-kuat dalam silo (bak silo/kantung plastik), dipadatkan dengan jalan diinjak-injak sehingga tidak ada lagi udara yang tersisa (hampa udara). Silo diisi padat atau nya.

4.4 Silo dapat dibongkar sesudah proses fermentasi selesai (30
hari).

V. Kualitas Silase yang baik :
·  pH sekitar 4
·  Kandungan air 60-70%.
·  Bau segar dan bukan berbau busuk.
·  Warna hijau masih jelas.
·  Tidak berlendir.


·  Tidak berbau mentega tengik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates