Produksi hijauan disaat berlimpah misalnya pada
saat musim penghujan hendaknya disimpan dengan berbagai cara pengawetan antara
lain dibuat menjadi hay (sale rumput), silase dan diamoniasi. Tujuan
dari pengawetan pakan ternak adalah untuk menjaga kontinueitas pakan sepanjang
tahun.
.jpg)
Pembuatan Hay
Prinsip dasar dari pengawetan dengan cara dibuat hay
adalah dengan cara mengeringkan hijauan, baik secara alami (menggunakan
sinar matahari) maupun menggunakan mesin pengering (dryer). Adapun
kandungan air hay ditentukan sebesar 12-20 %, hal ini dimaksud agar
hijauan saat disimpan sebagai hay tidak ditumbuhi jamur. Jamur akan
merusak kualitas hijauan yang diawet menjadi hay.
Adapun tujuan pembuatan hay adalah untuk untuk
penyediaan hijauan untuk pakan ternak pada saat kritis dan pada saat ternak
diangkut untuk jarak jauh. Hay merupakan pakan yang dapat diperjual-belikan
jadi merupakan komoditas yang dapat diperdagangkan. Hal tersebut ditunjang oleh
masa panen hijauan dalam waktu yang tepat, dimana produksi hijauan sedang berlimpah
Bahan untuk pembuatan hay sangat bergantung dari
cara panennya, sebab panen yang kurang baik akan mengakibatkan banyaknya
hijauan yang akan tercecer dan terbuang. Juga bila hijauan telah dipanen dan
belum sempat diletakkan ditempat yang teduh dan memadai, tertimpa hujan maka
kualitas hijauan tersebut akan menurun. Proses pengeringan yang berlangsung
terlalu lama akan mengakibatkan kehilangan nutrisi dan memudahkan tumbuhnya
jamur. Pengeringan yang berlebihan juga akan menurunkan kualitas hay.
Syarat hijauan (anaman) yang dibuat
Hay :
- Bertekstur
halus.
- Dipanen pada
awal musim berbunga.
-
Hijauan (tanaman) yang akan dibuat hay dipanen dari area yang subur. Agar hay
dapat lebih awet disimpan, perlu diberi pengawet. Adapun macam-macam
pengawet yang dapat dipakai antara lain garam dapur (Nacl), asam propionic, dan
amonia cair. Garam sebagai pengawet diberikan 1-2% akan dapat mencegah
timbulnya panas karena kandungan uap air, juga dapat mengontrol aktivitas
mikroba, serta dapat menekanpertumbuhan jamur. Asam propionic berfungsi sebagai
fungicidal dan
fungistalic yaitu mencegah dan memberantas jamur
yang tumbuh serta tidak menambah jumlah jamur yang tumbuh. Adapun pemberian
untuk hay yang diikat (dipak) sebanyak 1% dari berat hijauan. Amoniak
cair juga berfungsi sebagai fungicidal dan pengawet, mencegah timbulnya panas, meningkatkan
kecernaan hijauan tersebut dan memberikan tambahan N yang bukan berasal dari
protein (NPN).
Pembuatan
Hay Alat
1. Sabit
rumput/gunakan mesin pemanen rumput.
2.
Pelataran untuk menjemur rumput dan rak untuk menghamparkan rumput yang akan dikeringkan.
3. Alat pengukur
kandungan air hay (Delmhorst digital hay meter and bale sensor).
4. Gudang untuk
menyimpan hay.
5. Tali untuk
mengikat hay yang sudah kering.
Bahan
1. Rumput yang
berbatang halus sehingga mudah dikeringkan.
Kesehatan
dan Keselamatan Kerja
· Gunakan jas
laboratorium selama bekerja.
· Bekerjalah secara
serius dan berhati-hati.
Langkah
Kerja
1.
Sabit rumput dikebun rumput.
2.
Lakukan penimbangan berat rumput.
3.
Bila dilakukan pengeringan dengan sinar matahari kerjakan dilantai
jemur,
jika lantai jemur menggunakan para-para yang mendatar maupun yang miring,
hijauan hendaknya dibalik tiap 2 jam. Lama pengeringan tergantung tercapainya kandungan
air antara12-20 %.
.
4.
Bila memakai ‘dryer’, hijauan dimasukkan ke pengering. Lakukan pemotongan
dengan panjang yang memadai dengan mesin pengering tersebut. Gunakan suhu
pengering 100-250 _C, hentikan bila kandungan air
sudah mencapai 12-20 %.
5.
Lakukan pengukuran kandungan air hay dengan menggunakan alat pengukur kandungan
air (Delmhorst digital hay meter and bale sensor).
6.
Ukur suhu gudang tempat penyimpanan hay.
Adapun kriteria hay yang baik :
· Berwarna tetap hijau
meskipun ada yang berwarna kekuningkuningan.
· Daun yang rusak tidak
banyak, bentuk hijauan masih tetap utuh dan jelas, tidak terlalu kering sebab
akan mudah patah.
· Tidak kotor dan tidak
berjamur.
PEMBUATAN SILASE
Silase adalah hijauan makanan ternak ataupun limbah
pertanian yang diawetkan dalam keadaan segar (dengan kandungan air 60-70 %)
melalui proses fermentasi dalam silo. Silo dapat dibuat diatas tanah yang
bahannya berasal dari: tanah, beton, baja, anyaman bambu, tong plastik, drum
bekas dan lain sebagainya.
Prinsip
pembuatan silase yaitu usaha untuk mencapai dan mempercepat :
· Keadaan hampa udara
(anaerob).
· Terbentuk suasana asam
dalam penyimpanan (terbentuk asam laktat). Untuk mendapatkan suasana anaerob
dikerjakan dengan cara :
· Pemadatan bahan silase
(hijauan) yang telah dicacah dengan cara ditekan, baik dengan menggunakan alat
atau diinjak-injak sehingga udara sekecil mungkin (minimal).
Tempat
penyimpanan (silo) jangan ada kebocoran dan harus tertutup rapat yang diberi
pemberat.
· Pembentukan suasana
asam dengan cara penambahan bahan pengawet atau bahan imbuhan (additif)
secara langsung dan tidak langsung. Pemberian bahan pengawet secara langsung
dengan menggunakan:
- Natrium
bisulfat
- Sulfur oxida
- Asam chlorida
- Asam sulfat
- Asam
propionat.
- dll.
Pemberian
bahan pengawet / bahan imbuhan (additif) secara tidak langsung ialah
dengan memberikan tambahan bahan-bahan yang mengandung hidrat arang (carbohydrate)
yang siap diabsorpsi oleh mikroba, antara lain :
· Molase (melas) : 2,5 kg
/100 kg hijauan.
· Onggok (tepung) : 2,5
kg/100 kg hijauan.
· Tepung jagung : 3,5 kg/100
kg hijauan.
· Dedak halus : 5,0 kg/100
kg hijauan.
· Ampas sagu : 7,0 kg/100
kg hijauan.
Rumput
yang dipotongnya terlalu panjang, akan menyulitkan saat pengepakan ke dalam
silo, dan kemungkinan masih banyak oksigen yang tersisa. Jadi ini akan
menyulitkan tercapainya suasana anaerob. Sedangakan pemotongan/pencincangan
rumput yang terlalu lama akan berakibat menurunnya kandungan lemak susu,
ruminasi, proses memamah biak, pengeluaran air liur (salivasi) dan menyebabkan rendahnya
pH rumen (acidosis).
Jenis
hijauan yang dapat dibuat silase :
- Rumput.
- Sorghum.
- Jagung.
-
Biji-bijian kecil.
I.
Alat
1.1
Silo : alat yang akan dipakai untuk melakukan proses fermentasi, pengawetan
hijauan, dan penyiapan. Sebaiknya dengan kapasistas untuk 50 kg hijauan yang
telah dicacah.
1.2 Mesin
pencacah (Chopper) atau golok dan talenan: untuk mencacah hijauan yang
akan dibuat silase.
1.3 Plastik atau
bahan lain yang tidak tembus rembesan air sebagai pelapis pada dinding dan
penutup silo.
1.4 Ban
bekas/bahan-bahan yang digunakan sebagai pemberat.
II.
Bahan
2.1
Hijauan makanan ternak (bahan yang telah dipanen) yang akan diawetkan dengan
dibuat silase.
2.2 Bahan
pengawet (additif) yang dipilih dari salah satu yang tersebut di atas.
III.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
· Gunakan jas
laboratorium selama bekerja.
· Gunakan chopper seperlunya,
jauhkan tangan dari mata pisau chopper.
· Berhati-hati pada saat
pembukaan silo, setelah proses ensilage berakhir karena proses yang tidak
sempurna berbahaya untuk saluran pernafasan.
· Gunakan blower untuk
menghilangkan gas yang terbentuk dantidak dikehendaki.
IV.
Langkah Kerja Pembuatan Silase :
4.1
Hijauan makanan ternak (rumput maupun limbah pertanian), dilayukan dengan cara
diangin-anginkan kurang lebih semalaman, kemudian dicacah dengan panjang
potongan 2-5 cm atau dilakukan dengan mesin pencacah (chopper).
4.2
Bila tidak dicampur dengan bahan pengawet/ additif, hijauan yang telah
dicacah dapat langsung di masukkan ke dalam silo. Jika diberi pengawet/additif,
penambahannya dilakukan dengan cara menaburkan secara merata selapis demi
selapis untuk hijauan dengan ketebalan 10 cm, kemudian diaduk sampai rata.
4.3
Hijauan yang telah dicampur dengan additif atau pengawet, ditekan
kuat-kuat dalam silo (bak silo/kantung plastik), dipadatkan dengan jalan
diinjak-injak sehingga tidak ada lagi udara yang tersisa (hampa udara). Silo
diisi padat atau nya.
4.4 Silo dapat
dibongkar sesudah proses fermentasi selesai (30
hari).
V.
Kualitas Silase yang baik :
· pH sekitar 4
· Kandungan air 60-70%.
· Bau segar dan bukan
berbau busuk.
· Warna hijau masih
jelas.
· Tidak berlendir.
· Tidak berbau mentega tengik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar